Rabu, 26 Desember 2012

JENIS-JENIS KURIKULUM

JENIS-JENIS KURIKULUM
A. Pendahuluan
Kurikulum formal ialah rancangan di mana aktiviti pembelajaran dijalankan supaya matlamat atau objektif pendidikan dan sekolah tercapai. Ia merupakan satu set dokumen untuk dilaksanakan. Ia mengandungi hal sebenar yang berlaku dibilik darjah dan apa yang telah disediakan dan dinilai. Setiap sekolah ada kurikulum terancang iaitu satu set objektif yang berstruktur dengan kandungan dan pengalaman belajar serta hasil yang dijangkakan. Ia merupakan rancangan eksplisit dan operasional yang dihasratkan, lazimnya dikelolakan mengikut mata pelajaran dan gred, di mana peranan guru didefinisikan dengan jelas (Ornstein, A.C. & Hunkins, F, 1983).
Kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak terancang dan tidak formal. Ia mungkin disebut sebagai kurikulum ”tak rasmi” atau ”terlindung” atau ”tak formal”. Kurikulum ini dikelolakan di luar konteks pengajaran rasmi. Ia merupakan perlakuan dan sikap yang dibawa kedalam bilik darjah dan sekolah tanpa disedari dan disebut kerana tidak dinyatakan secara eksplisit. Ia terdiri dari peraturan tidak bertulis, konvokesyen, adat resam dan nilai budaya. Ia dibentuk oleh faktor-faktor seperti status sosioekonomi dan latar belakang pengalaman guru dan murid.
Jadi apakah peranan anda sebagai guru dalam kurikulum tersembunyi? Anda harus berupaya untuk mengenalpasti aspek-aspek kurikulum tersembunyi, terutamanya kemungkinan ketidakfungsiaan potensi atau pengalaman pembelajaran negatif dan di mana-mana kemungkinanan untuk mengawal dan memperbaiki situasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan:  apa saja jenis-jenis kurikulum? Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum.
B. Jenis-Jenis Kurikulum.
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum sebagai berikut:
  • Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum = guru. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.
  • Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan secara pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal melaksanakan apa adanya.
  • Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka, setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam kelas.
Sedangkan  Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga),  yaitu:
1. Separate subject curriculum
Artinya segala bahan pelajaran yang disajikan  dalam subject/mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain.
Subject atau mata pelajaran ialah hasil penglaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia sejak dahulu, lalu  disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan usianya masing-masing.
Keuntungan-keuntungan :
·         Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis
·         Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan
·         Mudah dinilai
·         Dipakai di Perguruan Tinggi
·         Sudah menjadi tradisi
·         Memudahkan guru
·         Mudah diubah
Kekurangan-kekurangan :
·         Memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas
·         Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak sehari-hari
·         Menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampaui
·         Tujuannya terlampau terbatas
·         Kurang mengembangkan kemampuan berfikir
·         Statis dan ketinggalan zaman
2. Corelated curriculum
Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai hubungan.
Korelasi ada 3 macam
·         Korelasi secara insidental
·         Hubungan yang lebih erat, satu pokok bahasan dilihat dari berbagai sudut mata pelajaran
·         Mata-mata pelajaran yang difusikan/disatukan, dengan menghilang-kan batas-masing-masing. Misalnya IPS, IPA, Matematika, Kesenian (Broad field curriculum)
Keuntungan-keuntungan
·         Murid-murid mendapat informasi yang utuh/terintegrasi
·         Minat murid bertambah
·         Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam dan luas
·         Memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional
Kekurangan-kekurangan
·         Tidak menghubungkan dengan masalah yang aktual
·         Guru sering tidak menguasai pendekatan interdisipliner
3. Integrated kurikulum
Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan sehingga diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi  pribadi yang terintegrated.
Keuntungan-keuntungan
·         Merupakan suatu keseluruhan yang bulat
·         Menerobos batas-batas mata pelajaran
·         Didasarkan atas kebutuhan dan minat  anak
·         Life centered
·         Perlu waktu panjang
·         Anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema
·         Dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak
·         Direncanakan bersama oleh guru dan murid
Kelemahan-kelemahan
·         Guru-guru tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum seperti ini
·         Dianggap tidak mempunyai sistem organisasi yang logis – sistematis
·         Memberatkan tugas guru
·         Tidak memungkinkan ujian umum
·         Alat-alat  sangat kurang

C. Teori Kurikulum
Teori kurikulum memang tidak terlalu populer, seolah hanya penting bagi para ahli saja. Sementara bagi praktisi, teori kurikulum dianggap tidak penting karena mereka hanya pelaksana saja. Sebenarnya anggapan tersebut keliru. Karena teori kurikulum itu memberikan perangkat konseptual untuk menilai rencana kurikulum, mengevaluasi dan mereformasi kurikulum. Bahkan, seorang pendidik yang baik itu harus selalu menyadari bahwa kurikulum itu harus terus diubah dan diperbaiki, meskipun tampaknya sudah memenuhi kebutuhan saat ini.
  1. Kurikulum yg menekankan pada isi:
  2. Kurikulum yang menekankan pada situasi pendidikan
  3. Kurikulum yang menekankan pada organisasi
v  Kurikulum yg menekankan pada isi
·         Bersifat material centered
·         Memandang siswa sebagai penerima pasif
·         Mempunyai tujuan yang dapat diukur pencapaiannya
·         Menggunakan engineering approach
·         Bersifat missal
v  Kurikulum yang menekankan pada situasi pendidikan
·         Bersifat khusus, disesuaikan dengan lingkungan
·         Lebih mengutamakan fleksibelitas dalam interpretasi dan pelaksanaannya
·         Menggunakan gardening approach (mempersiapkan lahan)
·         Sulit dievaluasi
v  Kurikulum yang menekankan pada organisasi
·         Penekanan pada proses pembelajaran
·         Mementingkan aktivitas siswa
·         Tidak ditekankan pada penguasaan pengetahuan
·         Sulit diukur

D. Hakikat dan Fungsi Teori Kurikulum
Ide tentang pendidikan dan sekolah tidak lepas dari gagasan dan teori kurikulum, meski tidak dirumuskan secara komprehensif. Dalam literatur pendidikan, ada banyak perspektif dalam memandang teori kurikulum ini. Perspektif-perspektif itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga pandangan, yaitu :
  • Positivis, memandang teori sebagai cara untuk menjelaskan fenomena yang bisa menghasilkan penilaian yang objektif.
  • Instrumentalis atau realis, memandang ilmu pengetahuan sebagai upaya empiris dan rasional yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksikan (memeprkirakan) sesuatu berdasarkan hokum hubungan-hubungan sebab akibat (kausalitas).
  • Kontemporer, lebih terbuka memandang teori, yakni dari kemampuannya menjelaskan suatu fenomena dan dari bermanfaatnya suatu teori untuk diimplementasikan.
Dari perbedaan-perbedaan perspektif tersebut, teori kurikulum dapat dirumuskan sebagai seperangkat konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan yang memberikan perspektif yang sistematis dari fenomena-fenomena kurikular.
Apa fungsi teori kurikulum? Dari perbedaan-perbedan perseptif sebagaimana dijelaskan, fungsi teori yang utama adalah untuk menggambarkan (to describe), menjelaskan (to explain), dan memperkirakan (to predict). Namun, pemikir-pemikir kontemporer menambah beberapa fungsi teori, yakni seperti Michel Apple, yang menambahkan fungsi kebermanfaatan bagi masyarakat. Fungsi dari teori biasanya dikaitkan dengan kemapanan dan kedewasaan suatu teori itu. Faix (1964) mengklasifikasikan perkembangan-perkembangan teori seperti disarikan dalam tabel di bawah ini.
Tahap Satu
Teori dasar
(basic theory)
Teori ini masih mengandalkan hipotesis-hipotesis dengan menggunakan beberpa varibel dan konsep. Teori ini belum dikorelasikan dengan data-data empiris di lapangan.
Tahap Dua
Teori Menengah
(middle range theory)
Teori ini sudah memuat berbagai hipotesis yang telah diuji secara empiris. Hubungan-hubungan antar variabel juga sudah dibuat berdasarkan hokum-hukum kausalitas.
Tahap Tiga
Teori Umum
(general theory)
Teori ini merupakan sistem teoretis yang luas yang memberikan skema-skema untuk menjelaskan suatu penelitian atau kajian.

E. Penutup
Kurikulum formal ialah rancangan di mana aktiviti pembelajaran dijalankan supaya matlamat atau objektif pendidikan dan sekolah tercapai. Ia merupakan satu set dokumen untuk dilaksanakan. Ia mengandungi hal sebenar yang berlaku dibilik darjah dan apa yang telah disediakan dan dinilai. Setiap sekolah ada kurikulum terancang iaitu satu set objektif yang berstruktur dengan kandungan dan pengalaman belajar serta hasil yang dijangkakan. Ia merupakan rancangan eksplisit dan operasional yang dihasratkan, lazimnya dikelolakan mengikut mata pelajaran dan gred, di mana peranan guru didefinisikan dengan jelas.
Kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak terancang dan tidak formal. Ia mungkin disebut sebagai kurikulum ”tak rasmi” atau ”terlindung” atau ”tak formal”. Kurikulum ini dikelolakan di luar konteks pengajaran rasmi. Ia merupakan perlakuan dan sikap yang dibawa kedalam bilik darjah dan sekolah tanpa disedari dan disebut kerana tidak dinyatakan secara eksplisit. Ia terdiri dari peraturan tidak bertulis, konvokesyen, adat resam dan nilai budaya. Ia dibentuk oleh faktor-faktor seperti status sosioekonomi dan latar belakang pengalaman guru dan murid.

Jenis-jenis kurikulum menurut Nasution, adalah:
  • Separate-subject curriculum
  • Correlated Curriculum
  • Intergrated Curriculum
===== 000 =====
REFERENSI
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata,  Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

KURIKUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)


KURIKUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A.  Pendahuluan
Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Selain itu, juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan/atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan:  apakah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)? Oleh karena itu, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

B. Prinsip Pengembangan Kurikulum
KTSP dikembangkan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kom­petensi Lulusan (SKL), berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
Prinsip Pengembangan Kurikulum:
  • Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
  • Beragam dan terpadu
  • Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
  • Relevan dengan kebutuhan kehidupan
  • Menyeluruh dan berkesinambungan
  • Belajar sepanjang hayat
  • Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilaksanakan dengan prinsip sebagai berikut:
  • Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
  • Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
a)     belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b)     belajar untuk memahami dan menghayati,
c)      belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
d)     belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
e)     belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pem­belajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
  • Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memerhatikan keter­paduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, ke­individuan, kesosialan, dan moral
  • Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip ing ngarsa sung tulada, ing madia mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberikan contoh dan teladan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di belakang memberikan daya dan kekuatan).
  • Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar, dan berkembang di masyarakat, lingkungan sekitar, serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh, dan teladan).
  • Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
  • Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan
C. Struktur dan Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah. Sekolah dapat menyelenggara­kan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
3. Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengem­bangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.
4. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0–100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal sebagai target pencapaian kompetensi (TPK) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

D. Kalender Akademik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada setiap jenjang diselengga­rakan dengan mengikuti kelender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun pengajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran. Sekolah/madrasah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu  libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Hari libur sekolah/madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan/atau Keputusan Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan. Kepala Daerah Tingkat Kabupaten/Kota dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. Sekolah/madrasah atau sekolah pada daerah tertentu yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa me­ngurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif. Bagi sekolah/madrasah yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif dan waktu pembelajaran efektif.
Hari libur umum/nasional atau penetapan libur serentak untuk jenjang dan jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/ Kota. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
E. Penutup
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Prinsip Pengembangan Kurikulum:
  • Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
  • Beragam dan terpadu
  • Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
  • Relevan dengan kebutuhan kehidupan
  • Menyeluruh dan berkesinambungan
  • Belajar sepanjang hayat
  • Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

===== 000 =====


REFERENSI
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata,  Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.


PENGEMBANGAN KURIKULUM

.  Pendahuluan
Kurikulum  dalam bentuknya yang sederhana merupakan himpunan pengalaman, system nilai, pengetahuan, keterampilan, dan pola sikap yang akan diberikan kepada siswa. Keseluruhan yang disajikan itu merupakan bekal para siswa dalam mengembangkan masyarakat dikemudian hari.
Model adalah suatu bentuk mengenai susunan proses yang diwujudkan dalam penalaran hipotesis dan rumusan-rumusan teori, yang kemudian menggunakan perbandingan data, yang dipakai untuk menganalisa data tersebut. Dalam pemahaman ini model hamper identik dengan skema.
Pada dasarnya suatui model adalah pola yang dapat membantu berfikir, konseptualisasi, suatu proses yang menunjukan prinsip-prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Suatu model dapat berwujud diagram atau langkah-lanhkah yang harus diambil, adapula berupa bagan garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah, dan sebagainya.
Model yang dipergunakan dalam proses pengembangan kurikulum dapat ditunjukan mulai dari satu model sederhana  sampai dengan model yang paling sempurna.
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan:  apa saja model-model pengembangan? Oleh karena itu, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum.
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum
1. Model Pengembangan Kurikulum dari Rogers
Model dalam pengembangan kurikulum yang dikemukan oleh Rogers, yaitu:
a)     Model I
Pendidikan hanyalah meliputi informasi dan ujian. Asumsi yang mendasari pemiiran ini menyatakan bahwa:
·         Evaluasi adalah pendidikan dan pendidikan adalah evaluasi
·         Pendidikan adalah akumulasi dari materi dan informasi
b)     Model II
Sebagai suatu model pengembangan kurikulum yang telah diperbaiki.
c)      Model III
Merupakan pengembangan lebih lanjut dari model sebelumnya. Model ini telah memasukan teknologi pendidikan sebagai alat dan perangkat lunak yang mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar.
2. Model Pengembangan Kurikulum dari Ralp Tyler.
Model pengembangan kurikulum ini berguna untuk membuat desaint dan pelaksanaan suatu mata pelajaran baru yang lebih memadai. Jika tujuan dan sasaran suatu mata pelajaran yang telah ditentukan, maka pengembangan kurikulum harus memperhatikan komponen-komponen sebagaiberikut:
·         Hakikat siswa
·         Hakika materi pelajaran
·         Kebutuhan masyuarakat
·         Hambatan-hambatan
·         Hakikat guru
Apabila komponen-komponen tersebut diabaikan, maka suatu mata pelajaran mungkin dapat dihasilkan, tetapi penuh kesulitan dan tidak relevan bagi siswa.
3. Model Pengembangan menurut Robert S. Zais
Model dalam pengembangan kurikulum yang dikemukan oleh Robert S. Zais, yaitu:
a)     Model Administratif
Dikatakan demikian, klarena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum dating dari administrator pendidikan dan penggunaan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan, membentuk suatu tim pegarah pengembangan kurikulum.
b)     Model dari Bawah (Grass Roots)
Model grass roots adalah pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru-guru atau sekolah. Model ini berkembang dalam system desentralisasi.
c)      Model Demonstrasi
Model ini terdapat dua varisasi. Pertama sekelompok guru dari suatu sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan untuk melaksanakan kurikulum. Tujuannya adalah agar dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas. Kedua, sejumlah guru mencoba mengadakan penelitian terhadap kurikulum yang adamelalui percobaan lain yang berlaku.Hasilnya untuk kemudian dilakukan didaerah yang lebih luas.
d)     Sistem Beauchamp
Ada lima langkah penting dalam model ini. yaitu:
·         Kegiatan yang harus dilakukan adalah menetapkan areayang akan dicangkup oleh pengembangan kurikulum
·         Menetapkan personalia
·         Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum
·         Mengimplementasikan kurikulum secara sistematis
·         Menyelenggarakan evaluasi kurikulum
e)     Model Terbalik Hilda Taba
Model ini merupakan kebalikan cara yang lajim ditempuh secara deduktif, atau menggunakan cara induktif. Karena itu model ini dimulai dengan melakukan eksperimen, diteorikan kemudian diimplementasikan. Penerapan model ini untuk menjembatani lebih dekat antara teori dan praktik, serta menghindari sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum yang sering terjadi, jika dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
f)       Model Hubungan Interpersonal dari Rogers
Bahwa kurikulum diperlukan guna mengembangkan individu yang terbuka, lues dan adaptis terhadap situasi perubahan. Kurikulum ini hanya dapat digunakan oleh pendidikan yang terbuka lues, dan berorientasi pada proses, sehingga diperlukan kelompok dalam latihan sensitive.
g)     Model Action Research yang Sistematis
Ini berdasarkan pada asumsi bahwa perubahan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu mencangkup suatu proses yang melibatkan orang tua, siswa, guru, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.
Model ini berdasarkan dari tiga factor, yaitu:
·         Hubungan antar manusia
·         Organisasi sekolah dan masyarakat
·         Otoritas ilmu
·         Model Teknologi
Model ini mempunyai tiga variasi, yaitu:
·         Model analisis prilaku melalui kegiatan dengan jalan melatih kemampuan anak didik, mulai dari sederhana sampai padayang kompleks secara bertahap.
·         Model analisis system melalui kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus, kemudian menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannyadan mengidentifikasikan sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.
·         Model berdasarkan computer memulai kegiatan dengan jalan mengidentifikasikan sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan instruksional khususnya.
C. Analisis Terhadap Model-Model Pengembangan Kurikulum
Analisis terhadap model pengembangan kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
  • Segi penekanan suatu titi pandang
  • Segi keuntungan model
  • Segi kekurangan model
D. Model Pengembangan Kurikulum Diindonesia
Pengembangan kurikulum diindonesia yakni pendekatan yang berorientasi pada baghan pelajaran dan pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran dan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Model yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum setiap jenjang sekolah ialah model yang berorientasi pada tujuan. Pertanyaan pertama ynag muncul adalah apakah yang ingin dicapai, atau pengetahuan keterampilan dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan kurikulum?
Jawaban atas pertanyaan diatas adalah merumuskan tujuan-tujuan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan. Dengan rumusan tujuan itu , maka ditetapkan pokok materi pelajaran dan kegiatan belajar. Kesemuanya diharapkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Pengembangan kurikulum di Indonesia meliputi tiga tahap, yaitu:
  • Pengembangan Program Tingkat Lembaga
  • Pengembangan Program Setiap Bidang Studi dan Mata Pelajaran
  • Pengembangan Program Pengajaran di Kelas


1. Pengembangan Program Tingkat Lembaga
a)      Perumusan tujuan institusional
Ø  Tujuan pendidikan nasional
Ø  Harapan masyarakat
Ø  Harapan sekolah yang lebih tinggi
b)     Penetapan isi dan stuktur kurikulum
c)      Penetapan struktur kurikulum yang harus mencangkup beberapa hal, diantaranya:
Ø  Jenis-jenis program pendidikan
Ø  Sistem kelasdan unit waktu yang dipergunakan
Ø  Jumlah bidang studi
Ø  Alokasi waktu yang dipergunakan untuk setiap mata pelajaran
d)     Penyusunan strategi pelasanaan kurikulum
Kegiatan ini berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum disekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut mencangkup:
e)      Pelaksanaan pengajaran,
f)       Mengadakan penilaian,
g)     Mengadakan penyuluhan,
h)     Mengadakan administrasi dan supervise.
2. Pengembangan Program Setiap Bidang Studi dan Mata Pelajaran
Pengembangan program setiap bidang studiatau mata pelajaran dilaksanakan dengan menempuh langkah-langkah kegiatan, sebagai berikut:
a)     Perumusan Tujuan Kurikulum
Tujuan kulikulermerupakan rumusan tujuan yang mencangkup aspek pengetahuan, sikap, dan nilai, serta keterampilan yang diharapkan siswa setelah mereka menyelesaikan setiap bidang stadinyaselama program itu diajarkan
b)     Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang berisikan perubaha perilaku siswa.
c)      Menetapkan Pokok dan Subpokok Bahasan.
Tujuan instruktur dapat tercapai oleh sejumlah pokokbahasan dari uraian bahan pengajaran.
d)     Menyusun Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
Penyususna Garis-garis besar Penyusunan Program (GBPP) dilakukan setelah ketiga kegiatan diatas telah disusun. GBPP inilah yang nantinya dipergunakan oleh staf pengajar sebagai pedoman pokok dalam proses beljar mengajar.
3. Pengembangan Program Pengajaran di Kelas
Penyusunan setiap satuan pelajaran mencangkup komponen-komponen sebagai berikut:
·         tujuan instruksional umum (TIU) diturunkan langsung dari GBPP.
·         Tujuan instruksional khusus (TIK) dijabarkan dari TIU, terdapatdalam GBPP yang dikerjakan oleh GBPP yang dikerjakan oleh guru.
·         Uraian bahan pelajaran dijabarkan dari uraikan bahan dalam GBPP dengan mendasarkan pada TIK-TIK yang telah dirumuskan sebelumnya.
·         Perencanaan kegiatan belajar mengajar yang berpungsi mengatur kegiatan yang akan dilakuakan guru dan siswa.
·         Pemilihan metode alat atau media yang dipergunakan dan sumber bahan pelajaran.
·         Penilaian yang menyangkut prosedur dan alat penelitian.
E. Penutup
Pada dasarnya suatui model adalah pola yang dapat membantu berfikir, konseptualisasi, suatu proses yang menunjukan prinsip-prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Suatu model dapat berwujud diagram atau langkah-lanhkah yang harus diambil, adapula berupa bagan garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah, dan sebagainya.
Analisis terhadap model pengembangan kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
  • Segi penekanan suatu titi pandang
  • Segi keuntungan model
  • Segi kekurangan model
Pengembangan kurikulum di Indonesia meliputi tiga tahap, yaitu:
  • Pengembangan Program Tingkat Lembaga
  • Pengembangan Program Setiap Bidang Studi dan Mata Pelajaran
  • Pengembangan Program Pengajaran di Kelas